Gempa 7,2 SR Guncang Aceh dan Sumut

>> Senin, 10 Mei 2010


ACEH (RP) - Gempa berkekuatan 7,2 SR kembali menguncang Aceh. Fenomena alam kali ini, berasal dari 60 KM dasar laut, sejauh 66 KM Barat Daya Meulaboh, Aceh Barat. Dengan durasi selama beberapa menit.

Mendapat goncangan tersebut, warga pesisir panik dan spontan menjauh dari garis pantai. Ahad (9/5), sekitar pukul 12.59.41 WIB. Tidak ada korban jiwa, namun, ada beberapa unit toko dan rumah warga mengalami rusak ringan.

Gempa 7,2 SR tersebut berlokasi 3.61 Lintang Utara, dan 95.84 Bujur Timur pada perairan Barat Aceh. Dari beberapa kabupaten di Wilayah Pesisir Aceh, lokasi gempa paling dekat adalah garis pantai Meulaboh, yang hanya berjarak 66 KM. Kedua Blang Pidie berjarak 110 KM, ketiga Labuhan Haji 126 KM, dan ketiga Pulau Simeulue dengan jarak lokasi gempa 138 KM.

Saat gempa terjadi kepanikan terjadi di tengah masyarakat pesisir Aceh Barat, khususnya, Meulaboh. Cukup terlihat pada beberapa desa, seperti Gampong Ujung Kalak, Johan Pahlawan. Warga selain berhamburan keluar rumah, lalu berlarian menjauh dari garis pantai.

Di Meulaboh, konsentrasi masyarakat pesisir menyelamatkan diri terlihat pada koridor Jalan Sisimangaraja, Johan Pahlawan, Meulaboh. Dengan wajah panik, mereka dengan posisi siaga pada kendaraan masing-masing, dengan memperhatikan keadaan dan aba-aba jika ada kejadian tsunami. “Kata-kata ada tsunami saja, kami siap tancap gas untuk menjauh dari laut, menuju arah Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat,” ungkap Ian Dani, (17) Warga Ujung Kalak, kepada JPNN.

Selain di Meulaboh, di Kabupaten Aceh Jaya sempat terjadi kepanikan di tengah masyarakat pesisir. Seperti kata Azhari (35) warga Desa Mon Mata, Kecamatan Kreung Sabee. Katanya, warga dari gampongnya berhamburan keluar rumah dan menuju Gunung Aleu Paku yang berjarak beberapa kilometer (KM) dari permukiman mereka. “Lebih baik lari menjauh, karena goncangannya cukup besar,” akunya.

Syahnan, Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh, mengatakan, guncangan gempa tersebut akibat lempeng benua Asia dan Australia patah, sehingga menimbulkan gempa tektonik 7,2 SR. Awal gempa, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengorbitkan jika fenomena alam ini berdampak tsunami. ‘’Tapi, setelah dicermati, pernyataan itu ditarik, dengan pernyataan potensi tsunami diakhiri,’’ katanya.

Biasanya, lanjut Syahnan, jika terjadi gempa induk 7,2 SR demikian, gempa susulan dengan volume getaran kecil tetap terjadi, karena, lempeng patahan belum duduk pada tempatnya. ‘’Tapi, kekuatanya paling-paling di bawah 5 SR. Jadi kemungkinan kurang dirasakan oleh masyarakat,’’ jelasnya.

Pasca gempa terjadi, terlihat aktivitas di kota Meulaboh sempat terhenti selama dua jam lebih, lantaran warga lebih memilih menyiapkan diri untuk lari menjauh dari garis pantai ketimbang tetap sibuk dengan aktivitas mereka. Sejumlah toko di sudut kota terlihat dalam kondisi tertutup.

Kondisi berangsur normal saat Hasmi, Kepala Bagian Umum Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat memberikan pengarahan kepada warga agar tidak panik, dan dapat kembali pulang menuju rumah masing-masing, lantaran layangan gempa 7,2 SR tersebut yang tidak berpotensi tsunami telah dikeluarkan BMKG. ‘’Begitu pukul 13.55 WIB, pernyataan dari BMKG tidak menyatakan tsunami, kami langsung turun ke jalan guna menormalkan kepanikan masyarakat,’’ kata Hasmi.

Akibat fenomena alam ini, terdata beberapa unit rumah dan toko mengalami rusak ringan di Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat. Seperti sebuah toko emas Amin di Jalan Teuku Umar dan rumah Anto, warga Desa Lapang yang mengalami rusak ringan pada dinding rumahnya. Dan kini, kondisi pesisir Pantai Bara Aceh berangsur normal dan masyarakat kembali sibuk dengan rutinitas masing-masing.

Warga Banda Aceh Berhamburan
Di Banda Aceh, kepanikan masyarakat tampak jelas. Getaran bencana alam itu, membuat masyarakat di ibu kota provinsi itu berhamburan keluar rumah, untuk memastikan apakah gempa tersebut berpotensi munculnya tsunami seperti peristiwa lima tahun silam. Kecemasan menyelimuti warga di Banda Aceh, terutama yang berdomisili di kawasan pesisir pantai. Mereka sempat meninggalkan pekerjaannya dan pulang ke rumah untuk menjenguk keluarga dan kembali meninggalkan rumah dengan membawa sanak saudara menuju ke tempat yang lebih tinggi dari permukaan laut seperti ke Lampenerut, Blang Bintang, Lambaro, Kabupaten Aceh Besar.

Kepanikan juga tampak jelas di sudut-sudut kota. Warga dengan menggunakan sepeda motor, mobil pribadi, becak dayung berlarian meninggalkan rumah, karena khawatir usai bencana alam itu akan muncul badai tsunami. Seperti terlihat di Komplek Goheng, Dusun Teratai, Kecamatan Jayabaru, Banda Aceh, warga di sana berkerumun di depan rumah dengan wajah cemas mengarahkan pandangan ke arah pantai.

Tak sedikit warga memilih meninggalkan rumah dan membawa keluarga mengungsi hingga kondisi benar-benar aman dan tak ada gelombang laut yang menerpa daratan. Ada yang lari menggunakan sepeda motor, hingga menumpangi becak-becak untuk meninggalkan daerah pesisir seperti pantai Ulee, Lheue, Banda Aceh sehingga masing-masing warga sibuk lari dengan sepeda motor sambil membawa barang bawaan seperti tas di tangannya. Ada juga yang membawa tikar.

Bahkan anak-anak juga ada yang terlihat tak sempat mengenakan baju. Kondisi ini, membuat suasana jalan sangat padat. Kendaraan warga memilih jalan pintas memasuki jalan-jalan kecil menuju ke Lambaro. Begitu juga di Jalan Blang Bintang Lama, Aceh Besar, suasana jalan perkampungan itu dipadati kendaraan roda dua maupun roda empat. Mayarakat masih menyimpan trauma yang mendalam, sehingga saat terjadinya gempa, kegelisahan muncul dan memilih meninggalkan rumah karena kekhawatiran. Selain itu, di Lambaro, Aceh Besar kala itu, sempat terjadi kemacetan dan Satgas Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Aceh mengatur arus lalu lintas di tugu Lambaro memasuki Kota Banda Aceh.

Sekitar pukul 14.30 WIB mobil operasional RAPI mengumumkan kepada warga untuk kembali ke rumah masing-masing karena kondisinya sudah aman. Tidak hanya itu, usai gempa juga sangat sulit berkomunikasi melalui handphone dan harus berkali-kali mencoba agar bisa terhubung untuk memastikan kondisi keluarganya di kampung halaman. Hal ini juga yang membuat warga makin panik, karena usai gempa tidak mengetahui kondisi keluarganya baik di ibukota provinsi maupun di Kampung halaman. Namun demikian, komunikasi berlahan-lahan terhubungkan kembali.Marzuki (30) Warga Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh mengatakan, ketika kejadian gempa, dirinya tengah berbelanja di Ajun, Banda Aceh, dan saat itu pula barang dinaikkan ke dalam mobil pick-up.

Namun suasana saat itu semua warga mengungsi yang membuat jalan di Keutapang Banda Aceh sempat macet, warga memarkirkan kendaraannya sambil mengarahkan pandangannya ke arah laut. ‘’Semua warga keluar rumah karena khawatir usai gempa akan disusul tsunami seperti kejadian lima tahun silam,’’ ujarnya kepada JPNN. Menurut pantauan JPNN kemarin kepanikan hanya tampak di Kota Banda Aceh, sedangkan beberapa perkampungan di Aceh Besar, masyarakat menjalankan aktifitas seperti biasanya. Bahkan ada yang santai di warung kopi sambil menyaksikan kesibukan warga dari Kota Banda Aceh yang menggunakan motor lewat kampung mereka.

Gempa di Aceh Goyang Medan
Di Medan, tak ada korban jiwa akibat gempa itu, namun warga yang berada di rumah, mal-mal, hotel, tempat wisata, rumah makan dan rumah sakit berhamburan keluar. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Polonia, Firman mengatakan, gempa itu sebenarnya berpotensi tsunami di di Meulaboh, namun untuk Medan tidak ada. ‘’Di Medan hanya sebatas getaran saja. Jadi jangan terlalu risau. Tapi, walaupun begitu tetap harus waspada,’’ tutur Firman.

Dijelaskannya, efek yang terasa di Sumatera Utara dan Medan hanyalah efek getarannya saja. ‘’Efek getaran itu dilihat dari benda-benda yang bergetar. Ukurannya 3-4 Modified Mercally Intensity (MMI),’’ jelasnya.

Di Medan, goyangan sangat terasa terutama di bangunan bertingkat. Akibatnya, sejumlah pengunjung mal dan hotel berhamburan keluar dari gedung. Seperti di Hotel JW Marriott, GrandAston, Cambridge, Palladium Plaza, Sun Plaza, Hotel Emerald dan Asean International Hotel.

Warga juga berhamburan dan memenuhi trotoar dan badan-badan jalan, seperti terlihat di kawasan Lapangan Merdeka dan pusat perbelanjaan Grand Palladium. ‘’Gempanya sangat kuat. Hingga kini saya masih pusing dan belum bisa berdiri normal,’’ ujar Joko, satpam yang bertugas di kantor Bank Mandiri di Jalan Balaikota, Medan.Hingga beberapa saat sejumlah warga masih bertahan di jalan-jalan atau di depan rumah mereka pascagempa. Meski getaran gempa cukup kuat dirasakan di Medan, tetapi tidak sampai merusak bangunan atau perabotan warga.

Kepanikan juga terjadi di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan. Beberapa pasien dan keluarga pasien yang berada di dalam gedung baru berlantai IV dan gedung lama berlantai VIII berhamburan keluar ke depan bangunan rumah sakit tersebut. Kepanikan bertambah saat lift di gedung berlantai 8 sempat mati sesaat ketika hendak digunakan pasien dan keluarga pasien.

Ramadhan, keluarga pasien mengatakan, saat terjadinya gempa dirinya sedang menjenguk ayahnya yang sedang di rawat di lantai 8. Namun ketika melihat jarum gantung yang digunakan ayahnya bergoyang dia langsung tersadar jika saat itu sedang terjadi gempa, tanpa berpikir lagi dirinya langsung membawa ayahnya turun dari ruangan.

Saat mau turun menggunakan lift, ternyata liftnya mati, rencananya mau jalan menggunakan tangga darurat namun karena kondisi ayah lagi sakit akhirnya kami memutuskan untuk menunggu lift itu hidup kembali. Dan syukurnya lift hanya mati sesaat dan kami bisa langsung turun ke bawah, ujarnya.

Di Belawan, warga berhamburan keluar dari rumah. Anto (34), warga Jalan Sumatera, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan mengatakan, saat gempa terjadi dia langsung keluar rumah. Kalau nanti tidak keluar kita takut akan tertimpa reruntuhan, sebutnya. Setelah menunggu tiga puluh menit tidak terjadi lagi getaranwarga yang keluar terlihat masuk kembali ke rumah mereka.

Beberapa nelayan tradisional juga tak jadi melaut. Rinto (45), seorang nelayan mengatakan pihaknya mengurungkan niatnya untuk melaut akibat mendegar gempa. Kalau nanti tiba-tiba kita di laut terjadi tsunami, kita bagai mana, mendingan kita tidak melaut, katanya. Dia juga menjelaskan bukan hanya dia saja yang takut melaut kawan-kawannya yang lain juga tidak melaut.

Getaran Gempa Terasa di Rohil
Getaran gempa juga sampai ke wilayah Riau, yakni Kabupaten Rohil. Kendati getarannya terasa, namun tidak ada kepanikan bagi masyarakat yang ada di daerah-daerah di wilayah Rohil.‘’Siang itu, kami bersama keluarga sedang kumpul di teras. Tiba-tiba terasa ada yang aneh. Kita terasa bergoyang. Kemudian, air yang ada di sungai juga terlihat berombak. Saat itu, kita ambil kesimpulan saja kalau itu adalah gempa,’’ kata Jayus (44) warga Bagansiapi-api.(sah/ril/din/den/jpnn/muh)

0 komentar:

Posting Komentar

Radio Stearning and Mp3

Buku Tamu

Free Shoutbox by ShoutCamp